Menggunakan alat kontrasepsi menjadi kebutuhan pasangan suami istri. Penggunaan kontrasepsi juga penting untuk menciptakan reproduksi yang sehat. Meski dinilai penting, banyak masyarakat merasa kesulitan mendapatkan informasi seputar kontrasepsi.
Ini merupakan hasil sebuah survei di Asia yang dilakukan secara online di sejumlah negara termasuk Indonesia. Survei bertema, Contraception: Getting the Facts Right ini menemukan bahwa 1 dari 3 orang di Asia mendapat informasi yang salah tentang kontrasepsi. Sejumlah responden mengungkap bahwa ada 4 sumber informasi pribadi soal kontrasepsi, yakni ginekolog (umumnya wanita), pasangan, teman, dan dokter umum (umumnya pria).
“Di Indonesia, jumlah responden pria dan wanita berimbang. Dan hampir seperempat dari jumlah keseluruhan mengatakan memiliki kesulitan dalam memperoleh informasi yang valid,” kata Biran Affandi, wakil dari Asia Pacific Council on Contraception (APCOC) di Hotel Sahid ,Jakarta, Kamis 29 September 2011.
Ia juga mengungkapkan bahwa tiap 3 dari 100 wanita dan pria mendapatkan informasi yang salah dan tidak akurat soal kontrasepsi. Dari kebanyakan kasus, informasi justru datang dari internet dan juga teman.
Survei yang digarap dalam rangka peringatan Hari Kontrasepsi Dunia 2011 ini telah dilakukan pada Juli 2011 di 9 negara (Asia/Afrika), yaitu Cina, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Indonesia, India, Pakistan, Taiwan, dan Malaysia, dengan sampel yang terdiri dari 100 pria dan 100 wanita muda berusia 20-35 tahun.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan khusus di Indonesia, juga diperoleh hasil, 44 persen wanita usia 20-35 tahun tidak pernah memeriksakan diri ke ginekolog. 56 persen sisanya, berobat ke ginekolog pada usia 25 tahun. Rata-rata responden pun berkeinginan memiliki anak saat mereka telah berusia 29 tahun atau lebih.
Prof Biran menambahkan, hasil survei juga menemukan bahwa banyak hambatan yang terjadi dalam mendapatkan informasi yang akurat tentang kontrasepsi. Hal ini terutama lebih banyak dialami kaum pria. Karena adanya perasaan malu dan tabu, kaum pria enggan membicarakan soal kontrasepsi.
“Masalah utama yang dihadapi pria adalah malu bertanya kepada petugas kesehatan dan tidak tahu metode yang tepat soal kontrasepsi,” kata Biran.
“Umumnya wanita justru lebih sadar mengenai beragam metode kontrasepsi dibanding pria. Hanya sepertiga responden yang menggunakan kondom dan hampir setengah dari kelompok yang dituju saat ini tidak menggunakan kontrasepsi,” katanya.
Ini merupakan hasil sebuah survei di Asia yang dilakukan secara online di sejumlah negara termasuk Indonesia. Survei bertema, Contraception: Getting the Facts Right ini menemukan bahwa 1 dari 3 orang di Asia mendapat informasi yang salah tentang kontrasepsi. Sejumlah responden mengungkap bahwa ada 4 sumber informasi pribadi soal kontrasepsi, yakni ginekolog (umumnya wanita), pasangan, teman, dan dokter umum (umumnya pria).
“Di Indonesia, jumlah responden pria dan wanita berimbang. Dan hampir seperempat dari jumlah keseluruhan mengatakan memiliki kesulitan dalam memperoleh informasi yang valid,” kata Biran Affandi, wakil dari Asia Pacific Council on Contraception (APCOC) di Hotel Sahid ,Jakarta, Kamis 29 September 2011.
Ia juga mengungkapkan bahwa tiap 3 dari 100 wanita dan pria mendapatkan informasi yang salah dan tidak akurat soal kontrasepsi. Dari kebanyakan kasus, informasi justru datang dari internet dan juga teman.
Survei yang digarap dalam rangka peringatan Hari Kontrasepsi Dunia 2011 ini telah dilakukan pada Juli 2011 di 9 negara (Asia/Afrika), yaitu Cina, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Indonesia, India, Pakistan, Taiwan, dan Malaysia, dengan sampel yang terdiri dari 100 pria dan 100 wanita muda berusia 20-35 tahun.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan khusus di Indonesia, juga diperoleh hasil, 44 persen wanita usia 20-35 tahun tidak pernah memeriksakan diri ke ginekolog. 56 persen sisanya, berobat ke ginekolog pada usia 25 tahun. Rata-rata responden pun berkeinginan memiliki anak saat mereka telah berusia 29 tahun atau lebih.
Prof Biran menambahkan, hasil survei juga menemukan bahwa banyak hambatan yang terjadi dalam mendapatkan informasi yang akurat tentang kontrasepsi. Hal ini terutama lebih banyak dialami kaum pria. Karena adanya perasaan malu dan tabu, kaum pria enggan membicarakan soal kontrasepsi.
“Masalah utama yang dihadapi pria adalah malu bertanya kepada petugas kesehatan dan tidak tahu metode yang tepat soal kontrasepsi,” kata Biran.
“Umumnya wanita justru lebih sadar mengenai beragam metode kontrasepsi dibanding pria. Hanya sepertiga responden yang menggunakan kondom dan hampir setengah dari kelompok yang dituju saat ini tidak menggunakan kontrasepsi,” katanya.
Post a Comment