Tikus merupakan musuh nomor satu di rumah kita. Tapi di Afrika, tikus menjelma jadi sosok pahlawan yang menyelamatkan banyak nyawa.
APOPO, lembaga swadaya asal Belanda, melatih tikus-tikus muda untuk mendeteksi ranjau. Di negara yang baru dilanda perang saudara seperti Mozambik, sisa ranjau, yang tersebar di pemukiman, menjadi pembunuh nomor satu.
Tikus mulai dilatih saat berumur empat pekan. Menurut pelatih Abdullah Mchomvu, latihan pertama adalah membiasakan mahluk mungil itu berada di tengah manusia. “Latihan dilanjutkan dengan mengasosiasikan bunyi klik dengan makanan,” katanya, Selasa (9/11).
Tikus diajari untuk mengenali Trinitrotoluene alias TNT, bahan peledak yang digunakan pada ranjau. “Jika berhasil mengendus TNT, akan klik akan dibunyikan dan dia diberi secuil pisang,” ujar Mchomvu. Setelah latihan sembilan bulan, seekor tikus akan mengasosikan TNT dan bunyi klik dengan makanan.
“Ini bukan pekerjaan mudah,” katanya. Mchomvu mengaku sering frustasi dalam melatih hewan pengerat ini. “Namun saya harus sabar, karena pekerjaan ini untuk menyelamatkan nyawa banyak orang,” ujarnya.
Melatih tikus dianggap jauh lebih efektif ketimbang menggunakan tenaga manusia. Dua petugas, dengan mesin detektor, butuh sehari penuh untuk mensterilkan area 200 meter persegi. “Dua tikus hanya butuh dua jam,” kata Mchomvu.
Ketua APOPO Bart Weetjens mengatakan tikus-tikus pahlawan itu telah membersihkan hampir dua juta meter persegi di Mozambik dari ranjau. Namun dia mengakui tikus memiliki masalah pencitraan, dengan pandangan sebagai binatang jorok. “Padahal tikus mahluk yang mudah bergaul dan pintar,” ujarnya.
Sembari menjalankan pelatihan tikus, lembaganya juga melansir kampanye adopsi tikus. Selain untuk mencium ranjau, Weetjens juga menyediakan pelatihan tikus untuk mencium narkotika dan pencarian korban bencana alam.
Post a Comment