Hewan pemakan semut atau dalam bahasa latin disebut Manis javanica alias trenggiling ternyata di mengandung zat aktif Tramadol HCl, yang merupakan partikel pengikat pada psikotropika jenis sabu-sabu. Gawatnya sisik trenggiling ternyata bisa menyebabkan kecanduan.
Trenggiling merupakan hewan yang dilindungi dan termasuk langka. Trenggiling masih bisa dijumpai di kawasan hutan pegunungan dan dekat pertanian dan di habitatnya seperti kawasan Gunung Simpang, Jawa Barat, hutan Kalimantan dan Taman Nasional Bali Barat.Tramadol HCl juga merupakan zat aktif yang merupakan salah satu obat analgesik yang digunakan untuk mengatasi nyeri hebat baik akut atau kronis dan nyeri pascaoperasi.
Berdasarkan penelitian ilmiah, tubuh trenggiling mengandung yang dapat menjaga kekebalan tubuh (antibodi) yang sangat tinggi. Hal itu menurut Amri dapat dilihat dari sisik trenggiling yang dapat melindungi tubuh binatang tak bergigi itu.
Di negara asing seperti Singapura, sisik trenggiling dijual dengan harga jutaan, bahkan puluhan juta per kilogramnya. Hal itu karena ada kabar kalau di sana sisik trenggiling digunakan sebagai bahan dasar obat-obatan berdosis tinggi termasuk psikotropika jenis sabu-sabu.
Banyak metode yang digunakan untuk “menyulap” sisik menjadi tablet obat psikotropika. Salah satunya adalah dengan menggunakan sistem matriks, yakni obat bercampur homogen dengan bahan matriks.
Matriks etil selulosa adalah matriks yang tidak larut di dalam air dan lambat untuk bercampur dengan bahan lain. Sistem matriks merupakan sistem yang paling sederhana dan sering digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat.
Pada sisik trenggiling, kandungan matriks etil selulosa dapat dipastikan sangat tinggi, sehingga pemanfaatannya sangat luas. Matriks etil solulosa ini terdapat pada sabu-sabu.
Post a Comment